Diterbitkan pada: 21 November 2024 / Diperbarui dari: 21 November 2024 - Penulis: Konrad Wolfenstein
Dari Surplus ke Defisit: Perubahan Dramatis dalam Neraca Perdagangan AS
Neraca perdagangan AS: Perubahan selama satu dekade dan signifikansi ekonominya
Neraca perdagangan Amerika Serikat telah berubah secara signifikan selama beberapa dekade dan telah menjadi indikator utama pembangunan ekonomi negara tersebut. Meskipun Amerika Serikat masih mengalami surplus perdagangan pada pertengahan abad ke-20, gambaran tersebut telah berubah secara mendasar sejak tahun 1970-an. Saat ini, neraca perdagangan ditandai dengan defisit yang terus meningkat, yang berdampak besar terhadap perekonomian dan posisi global Amerika Serikat. Perkembangan neraca perdagangan diuraikan secara rinci di bawah ini, dilengkapi dengan analisis sebab dan akibat.
Sejarah perkembangan neraca perdagangan
1950-an dan 1960-an: Era Surplus
Pada dekade-dekade pascaperang, Amerika Serikat merupakan negara adidaya ekonomi dengan sektor industri yang kuat. Ekspor jauh melebihi impor, sehingga menyebabkan surplus perdagangan. Periode ini ditandai dengan permintaan global terhadap barang-barang Amerika, termasuk mesin, kendaraan, dan barang konsumsi. Pada saat yang sama, persaingan dengan negara lain, terutama dari Eropa dan Asia, masih terbatas akibat rekonstruksi pasca Perang Dunia Kedua.
1970-an: Awal dari defisit
Pada tahun 1970an, neraca perdagangan menjadi negatif. Hal ini terutama disebabkan oleh dua faktor utama:
1. Meningkatnya impor minyak
Krisis minyak tahun 1973 dan 1979 menyebabkan kenaikan tajam harga energi. AS, sebagai konsumen energi yang besar, harus mengimpor minyak dalam jumlah yang semakin besar.
2. Hilangnya daya saing
Negara-negara seperti Jepang dan Jerman memperoleh kekuatan ekonomi dan mampu menawarkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga lebih murah. Hal ini menyebabkan produk Amerika kurang diminati di pasar dunia.
1990an: Defisit yang semakin besar
Selama tahun 1990an, defisit perdagangan terus meningkat, mencapai rata-rata sekitar $185 miliar per tahun. Globalisasi dan relokasi produksi ke negara-negara dengan upah tenaga kerja yang lebih rendah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hal ini. Yang paling menonjol adalah meningkatnya perdagangan dengan negara-negara Asia seperti Tiongkok, yang menjadi eksportir penting barang-barang konsumsi.
2000an: rekor defisit
Tahun 2000an menandai puncak defisit perdagangan. Dengan rata-rata defisit tahunan sekitar $675 miliar, Amerika Serikat mencapai rekor baru. Masuknya Tiongkok ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001 secara signifikan meningkatkan perdagangan antara kedua negara, dengan impor dari Tiongkok jauh melebihi ekspor. Selain itu, terjadi peningkatan impor barang elektronik, kendaraan, dan barang konsumsi lainnya.
Perkembangan dekade terakhir (2013–2023)
Selama dekade terakhir, defisit perdagangan terus memburuk, hal ini mencerminkan beberapa perkembangan ekonomi:
2013–2016
Defisit tetap relatif stabil antara -$450 dan -600 miliar per tahun. Pada masa ini, perekonomian global perlahan pulih dari krisis keuangan tahun 2008/2009.
2017–2018
Defisit tercatat meningkat signifikan hingga mencapai -$678 miliar pada tahun 2018. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya impor, khususnya barang konsumsi dan bahan baku.
2020
Selama pandemi COVID-19, terjadi penurunan defisit jangka pendek menjadi -$626 miliar. Perdagangan internasional turun karena lockdown dan gangguan pada rantai pasokan.
2021–2023
Selama tahun-tahun ini, defisit mencapai angka tertinggi baru, terutama pada tahun 2023 sebesar -$1,15 triliun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan barang konsumsi impor dan melemahnya permintaan ekspor akibat ketidakpastian perekonomian global.
Penyebab meningkatnya defisit perdagangan
Defisit perdagangan AS yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor struktural dan ekonomi:
1. Permintaan impor yang tinggi
Konsumen Amerika seringkali lebih memilih barang impor seperti elektronik, pakaian dan kendaraan. Produk-produk ini seringkali lebih murah dibandingkan produk-produk alternatif dalam negeri yang sebanding.
2. Ketergantungan impor bahan baku
Meskipun ada kemajuan dalam kemandirian energi melalui fracking, Amerika Serikat terus mengimpor minyak dan bahan mentah lainnya dalam jumlah besar.
3. Daya saing produk Amerika
Produk AS seringkali lebih mahal dibandingkan produk internasional, sehingga membatasi daya tariknya di pasar global.
4. Mitra dagang seperti Tiongkok
Sebagian besar defisit berasal dari perdagangan dengan Tiongkok. Misalnya, pada tahun 2022, defisit bilateral mencapai sekitar $422 miliar.
5. Dolar AS yang kuat
Nilai dolar AS sering kali lebih tinggi dibandingkan mata uang lainnya, sehingga impor lebih murah dan ekspor lebih mahal.
Konsekuensi dari defisit perdagangan
Defisit yang semakin besar mempunyai dampak yang luas terhadap perekonomian Amerika Serikat:
Meningkatnya utang luar negeri
Untuk membiayai defisit tersebut, Amerika Serikat harus meminjam modal dari luar negeri, yang menyebabkan meningkatnya utang.
Kehilangan pekerjaan
Relokasi fasilitas produksi ke luar negeri telah menyebabkan hilangnya lapangan kerja di banyak sektor, khususnya di bidang manufaktur.
Ketergantungan pada impor
Ketergantungan impor yang tinggi membuat AS rentan terhadap masalah rantai pasokan global dan ketegangan geopolitik.
Langkah-langkah untuk mengurangi defisit
Untuk mengurangi defisit perdagangan, berbagai strategi dapat dilakukan:
1. Mempromosikan ekspor
Investasi dalam penelitian dan pengembangan serta teknologi inovatif dapat membantu meningkatkan daya saing produk Amerika.
2. Perjanjian Dagang
Hambatan ekspor dapat dikurangi melalui perjanjian bilateral atau multilateral.
3. Penguatan produksi dalam negeri
Insentif atau subsidi pajak dapat mendorong perusahaan untuk mendirikan atau merelokasi fasilitas manufaktur di Amerika Serikat.
4. Mempromosikan energi terbarukan
Kemandirian yang lebih besar dari impor energi dapat mengurangi defisit dalam jangka panjang.
Defisit perdagangan masih menjadi faktor utama perekonomian AS
Evolusi neraca perdagangan Amerika Serikat mencerminkan perubahan besar dalam perekonomian global. Meskipun kondisi ini ditandai dengan surplus pada dekade-dekade pascaperang, defisit yang tinggi telah mendominasi gambaran tersebut sejak tahun 1970an. Hal ini merupakan wujud tantangan struktural seperti ketergantungan impor yang kuat dan terbatasnya daya saing produk-produk Amerika di tingkat internasional.
Defisit perdagangan tetap menjadi faktor ekonomi utama bagi AS dengan dampak luas terhadap lapangan kerja, utang, dan ketergantungan geopolitik. Dalam jangka panjang, sangatlah penting untuk menerapkan langkah-langkah untuk mendorong ekspor dan memperkuat produksi dalam negeri guna mencapai keseimbangan yang lebih berkelanjutan dalam perdagangan internasional.
Dalam kebijakan perdagangannya selama masa jabatannya dan dalam kampanye pemilunya, Donald Trump selalu berupaya untuk mengurangi defisit perdagangan kronis di AS. Defisit ini timbul karena Amerika Serikat mengimpor lebih banyak barang dibandingkan ekspornya selama beberapa dekade. Pada tahun 2019, defisit perdagangan AS dengan Tiongkok saja mencapai $345 miliar, menjadikan Tiongkok sebagai target utama tindakan Trump. Negara-negara seperti Jerman dan UE juga menjadi sasaran karena surplus perdagangan mereka.
Alasan dan ukuran fokus Trump pada neraca perdagangan
1. Strategi “Amerika Pertama”.
Trump memandang perdagangan internasional sebagai permainan zero-sum di mana satu negara hanya bisa menang dengan mengorbankan negara lain. Dalam logika ini, ia melihat defisit perdagangan Amerika yang berkepanjangan sebagai tanda kelemahan dan praktik perdagangan tidak adil di negara-negara mitra. Strategi “America First” yang diusungnya bertujuan untuk mengembalikan lapangan kerja dan fasilitas produksi ke AS dan memperkuat industri dalam negeri.
2. Proteksionisme sebagai sarana untuk memperkuat perekonomian AS
Trump mengandalkan langkah-langkah proteksionis seperti tarif hukuman untuk mempersulit persaingan asing dan menguntungkan perusahaan-perusahaan AS. Tarif impor yang tinggi – terutama dari Tiongkok (hingga 60%) dan Eropa (10-20%) – dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap barang luar negeri.
3. Kritik terhadap perjanjian perdagangan multilateral
Trump lebih memilih perundingan bilateral karena ia yakin AS bisa mendapatkan persyaratan yang lebih baik karena kekuatan ekonominya. Ia melihat perjanjian multilateral seperti NAFTA atau WTO merugikan AS dan telah berulang kali mempertanyakan atau menegosiasikan ulang perjanjian tersebut.
4. Retorika politik dan loyalitas pemilih
Mengurangi defisit perdagangan juga digunakan sebagai alat politik untuk memobilisasi basis Trump. Prospek lapangan kerja di sektor industri dan kembalinya kondisi perekonomian seperti pada tahun 1950an hingga 1980an merupakan bagian penting dari kampanye “Make America Great Again” (Membuat Amerika Hebat Lagi).
Mengapa tarif mengancam?
Trump kemungkinan akan menerapkan kembali atau menaikkan tarif karena ia melihatnya sebagai cara yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan berikut
Pengurangan defisit perdagangan
Tarif impor yang lebih tinggi dimaksudkan untuk membuat barang-barang luar negeri menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi impor dan pada saat yang sama membuat produk dalam negeri lebih kompetitif.
Meningkatkan daya tawar
Tarif yang bersifat menghukum juga berfungsi sebagai alat tekanan dalam negosiasi dengan mitra dagang seperti Tiongkok atau UE untuk memaksakan konsesi dan menciptakan kondisi perdagangan yang dianggap “adil”.
Kebijakan industri
Tarif pada baja, aluminium, atau produk teknologi dimaksudkan untuk melindungi industri strategis yang dianggap penting oleh Trump bagi keamanan nasional.
Kritik dan risiko
Namun, para pakar ekonomi memperingatkan dampak negatif yang signifikan:
Inflasi dan harga konsumen yang lebih tinggi
Tarif membuat barang impor menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya mendorong inflasi. Hal ini khususnya memberikan tekanan pada rumah tangga berpendapatan rendah.
Kerusakan ekonomi yang disebabkan oleh pembalasan
Mitra dagang seperti UE atau Tiongkok dapat merespons dengan mengenakan tarif mereka sendiri, yang akan berdampak pada perdagangan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Terbatasnya efektivitas dalam mengurangi defisit
Penyebab defisit perdagangan AS terletak lebih dalam lagi - misalnya tingginya perilaku konsumen Amerika dan daya tarik pasar modal AS bagi investor asing. Tarif saja tidak dapat mengatasi faktor-faktor struktural ini.
Namun demikian, Trump kemungkinan akan terus mengandalkan tarif untuk memajukan agenda proteksionisnya. Namun, strategi ini kontroversial karena, meskipun dapat membawa kesuksesan politik dalam jangka pendek, hal ini kemungkinan besar akan merugikan Amerika Serikat dan mitra dagangnya secara ekonomi dalam jangka panjang.
Cocok untuk: